Selasa, 26 Juli 2011

ASUMSI dan PROSES KONFLIK

·         ASUMSI MENGENAI KONFLIK
Dipengaruhi oleh berbagai faktor  seperti budaya, agama, pendidikan, dsb. Asumsi orang mengenai konflik mempengaruhi gaya manajemen konflik ketika menghadapi suatu konflik.
Asumsi konflik dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
-          Konflik Buruk dan Rusak
Stephen P. Robbins (1992) menyebutnya sebagai pandangan tradisional (traditional point of view). Mereka yang menyatakan konflik sebagai suatu yang merusak, mengasosiasikan konflik dengan sesuatu yg negatif, antara lain sbb:
1.       Konflik Buruk. Menimbulkan sst yang buruk, seperti pertentangan, kompetisi, perkelahian, perang dan kerugian.
2.       Konflik Merusak. Merusak keharmonisan hidup & hubungan baik antarmanusia. Merusak keharmonisan, keselarasan, keseimbangan hidup dan interaksi sosial antarmanusia.
3.       Konflik sama dengan kekerasan dan agresi. Mengarah pada kebencian, kekerasan, agresi, perkelahian dan perang.
4.       Konflik Emosional dan Irasional. Menyebabkan orang menjadi emosional dan irasional; membuat orang merasa hanya dirinya yang benar dan lawan konfliknya salah, tanpa mempertimbangkan fakta dan data yg ada.
5.       Konflik membuang energi & sumber-sumber organisasi. Saat terlibat konflik, kedua belah pihak memerlukan berbagai sumber seperti pikiran, tenaga, waktu dan biaya. Jika konflik terjadi di tempat kerja, semua sumber-sumber tsb ­­–sumber organisasi- akan digunakan untuk keperluan yang tidak produktif.
6.       Konflik merupakan penyebab stres dan frustrasi. Pihak yang terlibat konflik akan mengalami stres dan frustasi sehingga akan memperngaruhi fisik dan jiwa mrk.
7.       Konflik sama dengan perang, agresi, kehancuran dan penderitaan manusia. Konflik destruktif sama dengan perang, di mana terjadi saling menyerang dan agresi.
8.       Konflik Ancaman. Bagi pihak yg terlibat konflik, konflik mrpkn ancaman dari lawan konflik yang berupaya untuk mengalahkannya. Apabila kalah, maka akan kehilangan apa yg diimpikannya.
Asumsi konflik ini byk tjd pd sistem sosial birokratis, feodalistis dan paternalistis. Kepemimpinan ini menganggap konflik mrpk akibat pelanggaran norma serta tatanannya.
Pemimpin yang berasumsi konflik buruk dan merusak, maka ia akan berupaya untuk menghindari dan mencegah tjdinya konflik, dengan menghilangkan penyebab tjdinya konflik yaitu menghindari dan menindas penyebab konflik tsb jika suatu konflik akan tjd atau telah tjd.
Di Indonesia, asumsi mengenai konflik seperti ini tjd pada masa Orde Baru.
-          Konflik Netral
Menurut Stephen P. Robbins (1992), asumsi ini dianut oleh para penganut aliran pandangan hubungan kemanusiaan (human relation view).

Konflik mrpk kejadian alami dan fenomena manusia yang tidak bisa dihindari. Perbedaan persepsi dan pendapat merupakan sumber konflik.

Baik buruknya konflik tergantung bagaimana cara seseorang memanajemeninya. Tugas pemimpin dan manajer adalah menciptakan mekanisme memanajemeni konflik agar tidak mjd konflik destruktif dan memanfaatkannya untuk pengembangan suatu sistem sosial.

-          Konflik Baik dan Diperlukan
Stephen P. Robbins (1992) menyebut asumsi ini sbg pandangan penganut yang senang berinteraksi (the interactionist view).

Konflik ini diperlukan untuk menciptakan perubahan dan kemajuan. Konflik mrpk proses tesis, antitesis, dan sintesis. Mereka yang berpendapat konflik baik dan membangun sst yg baru akan menganjurkan para pemimpin dan manajer untuk meneruskan konflik yang sedang tjd –secara minimal- untuk mendorong kreativitas dan kritik diri.

Pemimpin yang berasumsi konflik baik dan diperlukan sering menciptakan “konflik yang terkontrol” untuk mencapai tujuannya. Konflik yang terjadi diarahkan mjd konflik konstruktif yang menciptakan sesuatu yang baru.

Stephen P. Robbins menunjukkan korelasi antara level konflik dan kinerja unit organisasi. Ketika tidak tjd konflik, produktivitas kerja rendah. Sebaliknya ketika tjd konflik konstruktif, kinerja unit kerja mulai meningkat. Namun jika terus terjadi, konflik berubah menjadi disfungsional dan berubah menjadi konflik destruktif, yang menyebabkan kinerja unit kerja semakin lama semakin menurun. Organisasi mjd sakit dan tidak produktif lagi.

·         KEKUASAAN DAN PROSES KONFLIK
-          Kekuasaan dan Konflik
Menurut  Wirawan (2003), salah satu tenaga penggerak perubahan peradaban umat manusia adalah kekuasaan atau social power. Seperti halnya kekuasaan mrpk tenaga penggerak para nabi untuk mempengaruhi umatnya. Kekuasaan karisma mrpk daya penggerak bagi Bung Karno dan Bung Hatta untuk memerdekakan bangsa Indonesia.

Tanpa kekuasaan, pemimpin tidak dapat melaksanakan fungsinya. Akan tetapi, penyalahgunaan kekuasaan akan membuat pemimpin dibenci orang karena dapat menyengsarakan umat manusia.

Untuk memahami peran kekuasaan dalam konflik, perlu dipahami sifat-sifat kekuasaan, yaitu :
1.       Kekuasaan itu abstrak tidak terlihat. Kekuasaan hanya terlihat pada jabatan, pangkat serta kemampuan untuk membuat sesuatu, menyelesaikan masalah dan mengkomunikasikan sst. Walaupun tidak terlihat, jika digunakan dapat menimbulkan akibat yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
2.       Kekuasaan bukan milik individu, ttp milik interaksi sosial. Artinya seorang pemimpin atau manajer tidak mempunyai kekuasaan terhadap orang lain yang tidak berinteraksi dengannya.
3.       Kekuasaan bisa diperoleh dan bisa diperbesar atau bertambah jumlahnya, berkurang atau bahkan hilang. Seseorang dapat memperoleh kekuasaan jika dikehendakinya. Dengan mendapatkan suatu jabatan baru, kekuasaan, wewenang atau otoritasnya bertambah.
4.       Kekuasaan netral tidak baik dan tidak juga buruk. Baik buruk kekuasaan tergantung pada pemegang kekuasaan (power helder atau power bewilder)yang menggunakannya.
5.       Pemegang kekuasaan cenderung menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri, keluarga, kroni atau teman-temannya.

Lord Acton menuliskan bahwa kekuasaan cenderung korup. Orang yang besar hampir selalu menjadi orang yang buruk. Pernyataan Lord Acton mengenai korupsi kekuasaan atau penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), tidak ditujukan pada kekuasaan melainkan kepada pemegang kekuasaan.

Kekuasaan banyak jenisnya dan tergantung pada sumbernya. Dan menurut sumbernya, kekuasaan dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu :
1.       Kekuasaan yang sah, otoritas atau wewenang (legitiate power –authority). Seseorang mempunyai wewenang karena dipilih secara sah untuk menduduki suatu jabatan.
2.       Kekuasaan imbalan (reward power). Kekuasaan untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu.
3.       Kekuasaan paksa (coercive power). Kekuasaan untuk memaksa penerima kekuasaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4.       Kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan karena memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang tertentu.
5.       Kekuasaan rujukan (referent power). Kekuasaan karena memiliki keunggulam fisik &/ psikologis sehingga orang lain akan menirunya atau mjd rujukan.
6.       Kekuasaan informasi (information power). Betram Raven dan W. Kruglansk (Wirawan, 2003) mengidentifikasikan jenis kekuasaan ini sbg kepemilikan informasi yang diperlukan oleh orang lain yg tidak memilikinya.
7.       Kekuasaan koneksi (connection power). Kekuasaan karena mempunyai koneksi dg orang lain.

Kekuasaan sangat esensial dalam proses tjdinya konflik, terutama konflik interpersonal. Kekuasaan di sini mjd jantung dari suatu analisis konflik. Kekuasaan mempunyai peranan penting dalam proses terjadinya konflik, gaya manajemen konflik, dan teknik resolusi konflik yang dipilih oleh pihak yang terlibat konflik.

Dalam situasi konflik tertentu, sering kali orang menggunakan kekuasaan (mata uang) yang tidak mempunyai nilai –tidak laku- bagi lawan. Ketidaklakuan tsb dapat disebabkan lawannya menilai rendah kekuasaan yang digunakannya. Sebagai contoh, dalam konflik politik. Selain itu, hal ygg dpt terjadi adalah pihak yang terlibat konflik hanya menilai kekuasaan berdasarkan persepsinya, tidak berdasarkan identifikasi, bobot dan perhitungan nilai kekuasaan yang sesungguhnya. Atau, bisa juga ia menggunakan kekuasaan yang telah usang.

-          Dinamika Formasi Kekuasaan dalam Interaksi Konflik
Dalam kaitan dengan kekuasaan, konflik sering disebut sebagai permainan kekuasaan (power play) yang dinamis. Dinamika konflik merupakan hasil dinamika kekuasaan yang dimiliki dan digunakan oleh pihak yang terlibat konflik. Ketika memasuki altar konflik, pihak-pihak yang terlibat konflik mempunyai kuantitas dan kualitas kekuasaan tertentu. Kekuasaan tersebut membentuk formasi kekuasaan tertentu yang saling berhadapan. Apabila A terlibat konflik dengan B, maka kemungkinan tjd 3 formasi kekuasaan, yaitu :
1.       Kekuasaan A seimbang dengan kekuasaan B (DA = DB)
2.       Kekuasaan A lebih besar daripada kekuasaan B (DA < DB), dan
3.       Kekuasaan B lebih besar daripada kekuasaan A (DA > DB)
Dalam proses selanjutnya, formasi kekuasaan A dan B dapat berubah. Perubahan tersebut tjd sesuai dengan sifat kekuasaan yang dapat diperoleh, bertambah, berkurang dan hilang.

Dalam situasi konflik, pihak yang terlibat konflik dapat menyalahgunakan kekuasaannya seperti yg dikemukakan oleh Lord Acton. Pemegang kekuasaan dapat melampaui kekuasaannya yang digunakan untuk kepentingan dirinya. Sedangkan pihak yang terlibat konflik juga berupaya menurunkan kekuasaanya dengan berbagai taktik, antara lain; (1) menuduh bahwa kekuasaannya telah disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, (2) merendahkan arti kekuasaan yang dimiliki lawan, (3) menuduh lawan konflik melakukan kebohongan publik, (4) menyatakan bahwa lawan konflik tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugasnya, (5) melakukan ketidakpatuhan publik dan menggerakkan orang lain untuk tidak mematuhinya pula, serta (6) bisa juga, melakukan whistle blowers dengan membeberkan rahasia atau perbuatan yang tidak patutu dari lawan kepada publik.

Upaya memperbesar kekuasaan diri sendiri dan upaya memperkecil kekuasaan lawan konfliknya (vice versa), dalam interaksi konflik, akan menghasilkan dinamika formasi kekuasaan pihak-pihak yang terlibat konflik.

1 komentar:

  1. terima kasih materinya. ingin bertanya, materi ini bersumber dari buku apa saja ya?

    BalasHapus